Semangat dakwah yang tertuang dalam konsep Islam Nusantara tidak
boleh disalahartikan. Islam Nusantara bukan untuk mengistilahkan agama baru.
Konsep ini sepenuhnya lahir untuk membumikan model dakwah yang diusung ulama,
kiai, bahkan wali di zaman dulu. ”Jangan disalahartikan agama baru mau pun
pembaruan agama. Pada prinsipnya Islam Nusantara adalah dakwah yang memberikan
kesejukan pada semua pihak. Laku semacam ini terbukti berhasil menyebarkan
Islam secara damai ke seluruh Nusantara,” tutur cendekiawan muslim yang juga
anggota DPR, Noor Achmad, di Fakultas Kedokteran (FK) Unwahas, Sabtu (1/9).
Mantan Rektor Unwahas ini hadir di kampus yang pernah
dipimpinnya sebagai salah satu pembicara Seminar Internasional Pendidikan Islam
Nusantara. Forum ini diinisiasi Program Pascasarjana Unwahas dengan
menghadirkan narasumber Pakar Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Syarif
Hidayatullah, Prof Dr Azyumardi, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof
Dr Machasin, Coordinator of Postgraduate Program Fakulti Tamadun Islam
UniversitiTekhnologi Malaysia, Dr AminuddinHeshan dan sejarawan, Agus Sunyoto.
Selebihnya hadir Rektor Unwahas, Prof Dr Mahmutarom, Direktur Pascasarjana,
Prof Dr Muhtarom HR, dan moderator Guru Besar UIN Walisongo, Prof Dr Abdul
Jamil.
Dia menambahkan keberhasilan model dakwah ini dapat dirasakan
oleh masyarakat. Islam diperkirakan masuk Pulau Jawa, di era Kerajaan
Kediri hingga akhirnya mengalami penyebaran besar-besaran di zaman Sunan Ampel
dan Walisongo. ”Penyebarannya masif tanpa banyak menimbulkan konflik. Inilah
semangat menyebarkan Islam yang penuh kesejukan untuk rahmatinlilalamin,”
jelasnya.
Prinsip ini juga yang dijunjung tinggi kalangan ulama dan kiai
NU.
Tingginya Toleransi