Berita
Universitas Wahid Hasyim

- “Mengenali Kondisi Kesehatan Mental serta Strategi Coping melalui Ilmu Psikologi” disampaikan oleh Nurina, S.Psi, M.Psi, Psikolog, CHA, CGA selaku Psikolog Klinis dan Keluarga
- “Tata Laksana Terapi Farmakologi dalam Gangguan Kesehatan Mental” disampaikan oleh apt. Ishak, M.Clin.Pharm. Selaku Praktisi Apoteker Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. Dr. Soerojo Magelang
- “Terapi Gangguan Kesehatan Mental melalui Pendekatan Keislaman” disampaikan oleh dr. Mohamad Rahman Suhendri selaku Dokter Keluarga Pemerhati Mental Health
Peduli Kesehatan Mental, Fakultas Farmasi Unwahas Gelar Seminar Nasional
UNWAHAS – Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental, Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang bekerjasama dengan K-24 menyelenggarakan seminar nasional bertema “Manajemen Kesehatan Mental dan Strategi Coping dalam Perspektif Islam” pada Sabtu (19/10) pagi. Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran (self awareness) terhadap gangguan kesehatan mental, meningkatkan pemahaman terhadap tata laksana gangguan kesehatan mental dari sisi farmakologi dan non farmakologi, serta memberikan wawasan terkait kesehatan mental melalui perspektif Islam. Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa Fakultas Farmasi baik di tingkat sarjana maupun profesi apoteker, dosen serta tenaga kependidikan. Seminar dilakukan secara hybrid (daring via zoom dan luring yang bertempat di Aula Fakultas Farmasi Unwahas).
Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber yang ahli di bidang psikologi, kesehatan mental, apoteker dan studi Islam. Diskusi mencakup berbagai tema, antara lain:
Seminar dibuka dengan sambutan dari Dekan Fakultas Farmasi Unwahas, Dr.apt. Maulita Cut Nuria, MSc. dan apt. Junvidya Heroweti, M.P.H. selaku ketua panitia. Beberapa topik menarik yang dibahas dalam seminar ini termasuk pentingnya memahami stres, teknik coping yang efektif, serta bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat digunakan untuk mendukung kesehatan mental. Peserta juga diajak berdiskusi dalam panel interaktif yang memungkinkan mereka untuk mengajukan pertanyaan langsung kepada para ahli.
Dalam sesi penyampaian materi, Nurina, S.Psi, M.Psi, Psikolog, CHA, CGA, seorang psikolog, menyampaikan bahwa Kesehatan mental didefinisikan sebagai kondisi saat individu tidak mengalami rasa bersalah yang berlebihan dan mampu menerima diri sendiri serta berinteraksi sosial. Menjaga kondisi mental yang tangguh memungkinkan individu untuk menahan stres dan menghindari masalah kesehatan mental. Penerimaan diri melibatkan penerimaan terhadap kekuatan dan kelemahan sekaligus berdamai dengan masa lalu.
Pemateri selanjutnya yaitu apt. Ishak, M.Clin.Pharm. menjelaskan terkait terapi farmakologi dalam pengelolaan gangguan kesehatan mental, khususnya mengenai penggunaan obat-obatan psikofarmaka dan pemantauan efek sampingnya. Dijelaskan pula apoteker memiliki peran penting dalam melakukan edukasi pasien dan pengawasan rutin untuk mengidentifikasi dan menangani efek samping obat. Selain itu berkolaborasi antar profesional kesehatan dalam evaluasi dan pengelolaan efek samping sangat dianjurkan. Pemantauan yang tepat dan proaktif akan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan serta mengurangi risiko efek samping yang berbahaya (Terapi Farmakologi).
Narasumber lainnya, dr. Mohamad Rahman Suhendri, seorang dokter keluarga pemerhati mental health sekaligus penyintas OCD dan Major Depressive Disorder (MDD). Dalam pemaparannya, beliau menekankan bahwa kesehatan mental bukan hanya permasalahan medis, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. “Islam mengajarkan kita untuk menghadapi ujian hidup dengan tawakkal, syukur, dan husnudzon. Ketiga konsep ini sangat penting dalam strategi coping yang dapat meningkatkan daya tahan mental seseorang,” jelasnya.
Dalam sesi diskusi, para peserta diajak untuk memahami bahwa ujian hidup, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an, adalah bagian dari kehidupan manusia. “Dunia adalah tempat ujian, dan setiap kita akan diuji dengan kebaikan dan keburukan,” kata dr. Suhendri, merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an yang mengingatkan pentingnya kesabaran dan keimanan dalam menghadapi stres, depresi, dan kecemasan.
Dengan antusiasme peserta yang tinggi, kegiatan ini berhasil menciptakan kesadaran baru tentang kesehatan mental dan ekspektasi positif terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental supaya dapat produktif, terutama menerapkannya sesuai dengan ajaran Islam.
Seminar ini diakhiri dengan ajakan kepada seluruh peserta untuk terus berusaha menjaga kesehatan mental melalui pendekatan agama yang mendalam. Kesehatan mental dan spiritual tidak dapat dipisahkan. Dalam Islam, keduanya saling melengkapi, dan melalui seminar ini, diharapkan masyarakat lebih peka terhadap pentingnya manajemen kesehatan mental yang holistik. (Tim FF)