Berita
Universitas Wahid Hasyim
8 Oktober 2018
International Culture Forum di China, Dosen Unwahas Jadi Pembicara
Unwahas – Belum lama ini, kabar datang dari
Dosen FISIP Unwahas, bapak Sugiarto Pramono, S.IP., MA. beliau banyak
bercerita tentang dinamika keilmuan yang luar biasa di Universitas
Shandong, Jinan, yang merupakan tempat di mana beliau menempuh program
doktoral. “Betapa kuatnya budaya membaca dan menulis dalam dunia
akademik di sana, khususnya pada level perguruan tinggi” Jelas beliau di
media sosial. Tidak ada, lanjut beliau, yang istilahnya berpangku
tangan, berdiam diri dalam melakukan penelitian, kajian ilmiah dan
tuntutan besar dalam memproduksi gagasan yang selanjutnya diwujudkan
dalam sebuah karya, buku ataupun artikel ilmiah.
Dosen FISIP Unwahas, bapak Sugiarto Pramono, S.IP., MA. beliau banyak
bercerita tentang dinamika keilmuan yang luar biasa di Universitas
Shandong, Jinan, yang merupakan tempat di mana beliau menempuh program
doktoral. “Betapa kuatnya budaya membaca dan menulis dalam dunia
akademik di sana, khususnya pada level perguruan tinggi” Jelas beliau di
media sosial. Tidak ada, lanjut beliau, yang istilahnya berpangku
tangan, berdiam diri dalam melakukan penelitian, kajian ilmiah dan
tuntutan besar dalam memproduksi gagasan yang selanjutnya diwujudkan
dalam sebuah karya, buku ataupun artikel ilmiah.
Salam dan kabar bahagia untuk segenap civitas akademika Universitas
Wahid Hasyim Semarang, bahwa beliau kembali dipercaya untuk menjadi
salah satu pembicara dalam International Culture Forum dengan tema “Culture The Heart of Connectivity”. Forum
Bentukan kelompok studi mahasiswa Internasional Universitas Shandong
ini dilaksanakan Senin, 26 April 2017 bulan lalu yang bertempat di
Mingde Building, Universitas Shandong, Jinan.
Wahid Hasyim Semarang, bahwa beliau kembali dipercaya untuk menjadi
salah satu pembicara dalam International Culture Forum dengan tema “Culture The Heart of Connectivity”. Forum
Bentukan kelompok studi mahasiswa Internasional Universitas Shandong
ini dilaksanakan Senin, 26 April 2017 bulan lalu yang bertempat di
Mingde Building, Universitas Shandong, Jinan.
Forum tersebut dihadiri oleh para akademisi, peneliti dan perwakilan
dari berbagai Negara di antaranya Pakistan, Afganistan, Bangladesh,
Nepal, Jamaika, Yunani, Mongolia, Kenya, Uganda, Tanzania, Mozambique,
Azerbaijan, Peru, dan Filipina. Pada kesempatan yang baik tersebut,
beliau mempresentasikan tentang akulturasi budaya Cina-Jawa. Dan
Alhamdulillah, dosen Universitas Wahid Hasyim mampu memberikan warna
dalam forum tersebut.
dari berbagai Negara di antaranya Pakistan, Afganistan, Bangladesh,
Nepal, Jamaika, Yunani, Mongolia, Kenya, Uganda, Tanzania, Mozambique,
Azerbaijan, Peru, dan Filipina. Pada kesempatan yang baik tersebut,
beliau mempresentasikan tentang akulturasi budaya Cina-Jawa. Dan
Alhamdulillah, dosen Universitas Wahid Hasyim mampu memberikan warna
dalam forum tersebut.
Sugiarto Pramono, S.IP., MA. sebagai perwakilan mahasiswa doktoral dari
Indonesia, menceritakan banyak hal tentang seni dan budaya akulturasi
Cina-Jawa di Indonesia. Diantaranya tentang Wayang Thithi, Batik Cina
Lasem, Gambang Kromong dan Kuntao. Menurutnya, relasi sosial Cina-Jawa
yang berlangsung ratusan tahun telah memproduksi aneka budaya baru yang
merupakan campuran dari dua unsur budaya unik tersebut. Mulai dari
bangunan, jenis makanan, pakaian dan aneka motif batik hingga bermacam
seni pertunjukkan. Sebut saja Wayang Thithi yang lahir di Jogja yang
sejatinya merupakan produk akulturasi antara Wayang Potehi dari Fujian
dan Wayang Kulit dari Jawa. Di sela-sela presentasi ilmiahnya, beliau
juga menyempatkan untuk menguatkan keberadaan Indonesia dengan berbagai
macam identitas serta keanekaragaman budaya, tradisi, yang dimiliki
bangsa Indonesia. (Ma’as Shobirin: Dosen FAI)
Indonesia, menceritakan banyak hal tentang seni dan budaya akulturasi
Cina-Jawa di Indonesia. Diantaranya tentang Wayang Thithi, Batik Cina
Lasem, Gambang Kromong dan Kuntao. Menurutnya, relasi sosial Cina-Jawa
yang berlangsung ratusan tahun telah memproduksi aneka budaya baru yang
merupakan campuran dari dua unsur budaya unik tersebut. Mulai dari
bangunan, jenis makanan, pakaian dan aneka motif batik hingga bermacam
seni pertunjukkan. Sebut saja Wayang Thithi yang lahir di Jogja yang
sejatinya merupakan produk akulturasi antara Wayang Potehi dari Fujian
dan Wayang Kulit dari Jawa. Di sela-sela presentasi ilmiahnya, beliau
juga menyempatkan untuk menguatkan keberadaan Indonesia dengan berbagai
macam identitas serta keanekaragaman budaya, tradisi, yang dimiliki
bangsa Indonesia. (Ma’as Shobirin: Dosen FAI)